Sunday, 19 May 2024

Blitar Part 1 (11 Mei 2024)

Ketika ada empat hari libur yang berurutan seringkali terbersit berbagai rencana untuk menghabiskan waktu libur tersebut. Entah hanya bermalas-malasan di rumah alias istirahat, bisa juga merencanakan untuk membersihkan rumah, dan juga berencana untuk piknik ke suatu tempat. Nah, rencana terakhir tentu saja harus diikuti dengan budget, juga kondisi tubuh yang sehat dan semangat.

Dengan mempertimbangkan keuangan yang tidak terlalu longgar, maka disepakati bahwa libur kali ini kami akan piknik ke Kota Blitar dengan tema semampunya. Kami tidak pesan tiket kereta api tapi mengandalkan tiket Go Show dengan harapan mendapat harga tiket yang jauh lebih murah. Bahkan Asllan sudah diberi pemahaman bahwa kelas yang akan dicari adalah kelas ekonomi. Selain itu kami juga tidak reservasi kamar hotel. Sudah ada plan A dan plan B yang kami rancang apabila mendapat penginapan maupun tidak.

Agenda pertama, terkait tiket kereta api. Alhamdulillah bisa mendapat tiket go show kelas ekonomi kereta Majapahit. Berangkat dari Stasiun Madiun pukul 05.38 WIB dan sampai di Stasiun Blitar pukul 08.13 WIB sehingga masih ada waktu untuk mencari penginapan dan lanjut ke tempat wisata pertama. Yang membuat senang adalah kami mendapat gerbong new generation. Semua kursi menghadap ke depan, semua pintu menggunakan tombol, terdapat papan informasi tentang perjalanan kereta, stasiun setelahnya, kecepatan kereta, nama kondektur dan estimasi jam tiba di stasiun berikutnya. AC central, TV LED di masing-masing ujung gerbong dan juga di sepanjang gerbong itu sendiri. Sangat nyaman menggunakan gerbong new generation ini. Seperti naik gerbong eksekutif rasanya.




Turun dari kereta dan sampai di pintu keluar kita sudah ditunggu oleh beberapa angkutan lingkungan (angling) yang berbentuk seperti bajaj berwarna merah yang sangat menarik perhatian. Ternyata angling tersebut memiliki beberapa tarif tergantung dari tujuan dan paket yang dipilih.



Kami memilih angling sebagai angkutan yang mengantarkan ke penginapan. Penginapan yang kami pilih adalah Hotel Patria Plaza yang berada di depan Pasar Pon (Jl. RA Kartini). Lagi – lagi dimudahkan untuk agenda mendapatkan penginapan. Kami berhasil mendapat “Family Room” dengan tarif Rp. 500.000,-/malam. Fasilitasnya adalah satu doble bed dan satu single bed, AC, televisi, kamar mandi dalam dengan air hangat, air mineral dan breakfast.



Setelah meletakkan barang di kamar, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Kampung Coklat menggunakan angling. Perjalanan dari hotel sekitar 20 menit menuju daerah Kademangan, Kabupaten Blitar. Tiket masuk yang ditawarkan ada dua yaitu regular sebesar Rp. 20.000,-/orang dan tiket terusan sebesar Rp. 35.000,-/orang (free 14 wahana). Jam operasional Kampung Coklat pada Hari Senin sd Jumat adalah pukul 08.00 sd 16.00 WIB. Sedangkan untuk Hari Sabtu, Minggu dan Hari Libur adalah pukul 08.00 sd 18.00 WIB. Sangat banyak wahana yang ditawarkan dan bisa dinikmati baik oleh anak-anak maupun dewasa. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di sosmed Kampung Coklat baik Instagram  maupun facebook.





Pertama yang kami kunjungi adalah stand foodcourt untuk makan soto dan dimsum pilihan kami. Kemudian kami melanjutkan dengan wahana golf car yang tiketnya seharga Rp. 25.000,-/orang. Golf car dikemudikan oleh petugas sekaligus sebagai tour guide. Sudah ada rute sendiri untuk golf car, yaitu mulai dari memberi makan domba dan kambing, kebun coklat dan anggur, pembibitan anggur hingga pabrik coklat. Dari perjalanan ini dapat diketahui bahwa Kampung Coklat menggunakan sistem pertanian terpadu. Kotoran kambing bisa menjadi pupuk organik, daun dan kulit buah kakao bisa digunakan sebagai pakan ternak. Diantara pohon kakao dibuat kolam berisi ikan nila. Dimana air kolam digunakan untuk menyiram pohon kakao, dan Ikan Nila dijadikan kuliner olahan yang disajikan pada warung prasmanan. Pada visite pabrik coklat, pengunjung bisa turun sementara dari golf car dan melihat proses pembuatan coklat. Pada akhir kunjungan akan dipersilakan untuk mencicipi coklat leleh yang diproduksi. Sendok yang digunakan adalah sekali pakai namun pengunjung diperbolehkan mencicipi lebih dari satu kali, tentu saja dengan mengganti sendok sekali pakainya.





Sekambalinya golf car parkir di loket, saya dan Asllan tergoda untuk mencoba kursi pijat. Kami memilih kursi pijat yang memijat mulai kaki, punggung hingga leher dengan tarif Rp. 25.000,-/orang dengan durasi 15 menit. Sementara itu Ayah menunggu di tepi lintasan perahu ceria yang kebetulan berada di depan area kursi pijat.



Selesai dari kursi pijat, Asllan berminat untuk naek perahu ceria. Perahu ceria adalah perahu mesin yang mengelilingi sebuah hall dengan didampingi dua orang petugas sebagai operator mesin perahu dengan tarif Rp. 10.000,-/orang. Tidak perlu effort lebih untuk menikmati perahu ceria ini. Cukup duduk manis di atas perahu dan bisa menikmati pemandangan keliling hall.



Kemudian untuk membandingkan, Asllan mengajak naik perahu dayung. Kali ini tanpa operator, jadi murni penumpang yang mendayung untuk menjalankan perahu. Tiketnya seharga Rp. 15.000,-/perahu (bisa untuk 3 penumpang) dengan durasi 2x putara. Rutenya tidak terlalu jauh, namun ternyata membutuhkan koordinasi dan perjuangan sehingga pendayung bisa seimbang dan perahu bisa jalan tidak menabrak dinding. Kami bertiga bergantian mendayung, meskipun awalnya perahu hanya berputar di tempat bahkan menjadi berbalik arah, namun akhirnya bisa jalan juga.



Selanjutnya kami menuju kolam terapi ikan, cukup membayar Rp. 5.000,-/orang bisa sepuasnya menikmati terapi ikan. Fasiliatas yang diperoleh adalah bantal duduk untuk masing-masing pengunjung yang harus dikembalikan apabila selesai digunakan.

Kemudian Asllan mengajak main golf mini, dengan dua hole. Bisa dimainkan oleh anak-anak dan dewasa dengan durasi 10 menit. Satu lapangan mini golf bisa digunakan untuk 5 stick golf.



Untuk kenang-kenangan kami beli buah coklat dengan harga Rp. 2.000,-/buah (ukuran kecil). Rasanya segar seperti sirsak, karena ini merupakan buah asli yang belum diolah. Buah coklat bisa dibeli di bagian nursery. Sedangkan souvenir dan aneka olahan coklat dapat ditemui di pintu masuk dan ujung belakang samping perahu ceria.

Sebelum melanjutkan perjalanan, kami menyempatkan sholat Dhuhur di masjid yang berada di dalam Kampung Coklat lebih tepatnya berada di belakang mini golf. Masjid yang luas dengan terdapat halaman teduh untuk bersantai dan menunggu antrian. Masjid ini juga digunakan untuk Sholat Jumat, sehingga pengunjung tidak perlu khawatir kesulitan mendapatkan masjid untuk Sholat Jumat.

Perjalanan selanjutnya adalah ke Makam Bung Karno yang berada di Kota Blitar. Masih menggunakan armada yang sama yaitu angling, Makam Bung Karno ditempuh dengan waktu kurang lebih 20 menit. Sampai di makam Bung Karno sekitar pukul 13.30 WIB saat dimana matahari sangat terik. Meskipun melewati museum dan juga perpustakaan, namun kami memilih menuju makam terlebih dahulu. Dan kebetulan di sekitar pintu makam banyak penjual Es Drop (Es legendaris dari Kota Blitar). Segera kami menyantapnya. Cukup dengan harga Rp. 6.000,-/pcs, Es Drop bisa dinikmati. Rasa yang otentik adalah kacang hijau, namun saat ini sudah banyak Es Drop dengan berbagai varian rasa seperti coklat, durian, dan vanila.




Memasuki makam, pengunjung diminta untuk mengisi buku tamu dengan menuliskan nama, daerah asal, dan jumlah pengunjung serta membayar tiket masuk seharga Rp. 4.000,-/orang. Tiket tersebut akan sedikit disobek oleh petugas pintu masuk makam. Di dalam komplek makam terdapat mushola dan halaman dengan lantai konblok atau batu alam yang mengelilingi pendapa Makam Bung Karno. Selain itu terdapat taman yang semakin mempercantik area makam.





Pintu keluar makam berbeda dengan pintu masuk. Untuk menuju pintu keluar, pengunjung diarahkan melewati “labirin” oleh-oleh dan cindera mata. Pengunjung tidak perlu bingung memilih cindera mata, mulai dari kerajinan, makanan khas, baju serta mainan anak-anak semua tersedia di labirin oleh-oleh ini. Namun harus sabar, karena memang sangat banyak kios yang harus dilewati di dalam labirin.

Tidak lengkap ketika berkunjung ke Makam Bung Karno tapi melewatkan perpustakaan dan museum yang berada pada area yang sama. Di museum tidak ada harga tiket masuk yang harus dibayar. Namun pengunjung akan dimintai keteranga tentang asal daerah dan jumlah pengunjung oleh petugas. Ruangan ini meyimpan beberapa koleksi barang Bung Karno namun lebih dominan berupa foto tentang perjalanan hidup Bung Karno.




Perpustakaan terdiri dari 4 lantai yang dilengkapi dengan lift. Sama seperti museum, tidak ada HTM yang harus dibayarkan. Masing-masing lantai perpustakaan memiliki zona tersendiri. Mulai dari anak-anak dan juga umum. Sedangkan lantai 4 merupakan zona khusus yang dipersiapkan untuk barang koleksi Bung karno namun sayang belum dibuka untuk umum.

Sepertinya kaki mulai protes dan minta istirahat sore ini. Maka kami sepakat untuk kembali ke hotel dan istirahat hingga tiba waktu makan malam. Masih diantar angling yang setia, perjalanan menuju hotel hanya butuh waktu kurang lebih 7 menit saja.

Sampai di kamar hotel, kami langsung istarahat demi mengumpulkan tenaga untuk berburu kuliner di Kota Blitar. Selepas Sholat Maghrib, kami berniat mencari makan malam di sekitar Stadion Soepriyadi yang terletak tidak jauh dari hotel. Kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke sana. Makan malam yang kami pilih ada di sebuah kios yang menawarkan berbagai menu seperti soto daging, tahu bumbu, nasi tahu, tahu lontong, kolak ketan, dan lupis. Asllan memilih soto daging, saya memilih tahu bumbu dan ayahnya asllan memilih nasi tahu untuk menu makan malam.

Ternyata stadion dan juga warung tersebut berada di depan Masjid Ar Rahman yang terkenal di Kota Blitar. Setelah makan, kami menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Benar saja, baru menginjakkan kaki di serambi masjid sudah terasa sangat nyaman. Dengan melepas alas kaki yang wajib disimpan di loker yang telah disediakan, menjadikan serambi masjid sebagai tempat yang selalu bersih dan suci. Masjid ini memiliki design mirip dengan Masjid Nabawi. Koridor laki – laki berbeda dengan perempuan, dan disediakan minuman berupa jahe, kopi dan air putih di masing-masing koridor. Bagi yang tidak membawa mukena tidak perlu khawatir karena sudah disediakan mukena yang terlipat rapi. Mukena ini adalah mukena sekali pakai tiap pengunjung. Karena setiap selesai digunakan oleh seorang pengunjung, mukena harus diletakkan dalam sebuah box yang nantinya akan dicuci. Tempat untuk sholat merupakan sebuah ruangan yang ber-AC yang beralaskan karpet tebal. Sungguh merupakan masjid yang sangat megah dan nyaman baik untuk beribadah, berdiskusi, maupun hanya duduk beristirahat.




Setelah puas menikmati indahnya Masjid Ar Rahman kami segera kembali ke hotel (masih tetap jalan kaki) dan langsung istirahat untuk menyiapkan agenda besok hari.

 

 

 

 

 

 


1 comment:

  1. Mbaaa seruuuu juga ini itinnyaa ❤️❤️❤️. Mulai dr awal berangkat, naik kereta ekonomi, bagus dan nyaman pula yaa ❤️❤️.

    Aku belum pernah ke kampung coklat, waktu ke Blitar cuma sempet ke makam bung karno. Krn memang pulang hari aja, trus balik solo.

    Pengen sih ke Blitar lagi. Es krim yg dijual kliatan enak ih. Mirip es lilin ya mba.

    Saluuut Ama mesjidnya, bisa nyediain mukena sekali pakai, trus langsung dicuci . Baru kali ini melihat yg begini. Biasanya malah banyak Nemu mukena yg udah bau apek kalo ke mesjid2 di luar. 😔

    ReplyDelete