Ketika ada empat hari libur yang
berurutan seringkali terbersit berbagai rencana untuk menghabiskan waktu libur
tersebut. Entah hanya bermalas-malasan di rumah alias istirahat, bisa juga
merencanakan untuk membersihkan rumah, dan juga berencana untuk piknik ke suatu
tempat. Nah, rencana terakhir tentu saja harus diikuti dengan budget, juga
kondisi tubuh yang sehat dan semangat.
Dengan mempertimbangkan keuangan
yang tidak terlalu longgar, maka disepakati bahwa libur kali ini kami akan
piknik ke Kota Blitar dengan tema semampunya. Kami tidak pesan tiket kereta api
tapi mengandalkan tiket Go Show dengan harapan mendapat harga tiket yang jauh
lebih murah. Bahkan Asllan sudah diberi pemahaman bahwa kelas yang akan dicari
adalah kelas ekonomi. Selain itu kami juga tidak reservasi kamar hotel. Sudah
ada plan A dan plan B yang kami rancang apabila mendapat penginapan maupun
tidak.
Agenda pertama, terkait tiket kereta
api. Alhamdulillah bisa mendapat tiket go show kelas ekonomi kereta Majapahit.
Berangkat dari Stasiun Madiun pukul 05.38 WIB dan sampai di Stasiun Blitar
pukul 08.13 WIB sehingga masih ada waktu untuk mencari penginapan dan lanjut ke
tempat wisata pertama. Yang membuat senang adalah kami mendapat gerbong new
generation. Semua kursi menghadap ke depan, semua pintu menggunakan tombol,
terdapat papan informasi tentang perjalanan kereta, stasiun setelahnya,
kecepatan kereta, nama kondektur dan estimasi jam tiba di stasiun berikutnya.
AC central, TV LED di masing-masing ujung gerbong dan juga di sepanjang gerbong
itu sendiri. Sangat nyaman menggunakan gerbong new generation ini. Seperti naik
gerbong eksekutif rasanya.
Turun dari kereta dan sampai di
pintu keluar kita sudah ditunggu oleh beberapa angkutan lingkungan (angling)
yang berbentuk seperti bajaj berwarna merah yang sangat menarik perhatian.
Ternyata angling tersebut memiliki beberapa tarif tergantung dari tujuan dan
paket yang dipilih.
Kami memilih angling sebagai
angkutan yang mengantarkan ke penginapan. Penginapan yang kami pilih adalah
Hotel Patria Plaza yang berada di depan Pasar Pon (Jl. RA Kartini). Lagi – lagi
dimudahkan untuk agenda mendapatkan penginapan. Kami berhasil mendapat “Family
Room” dengan tarif Rp. 500.000,-/malam. Fasilitasnya adalah satu doble bed dan
satu single bed, AC, televisi, kamar mandi dalam dengan air hangat, air mineral
dan breakfast.
Setelah meletakkan barang di kamar,
kami langsung melanjutkan perjalanan ke Kampung Coklat menggunakan angling.
Perjalanan dari hotel sekitar 20 menit menuju daerah Kademangan, Kabupaten
Blitar. Tiket masuk yang ditawarkan ada dua yaitu regular sebesar Rp.
20.000,-/orang dan tiket terusan sebesar Rp. 35.000,-/orang (free 14 wahana).
Jam operasional Kampung Coklat pada Hari Senin sd Jumat adalah pukul 08.00 sd
16.00 WIB. Sedangkan untuk Hari Sabtu, Minggu dan Hari Libur adalah pukul 08.00
sd 18.00 WIB. Sangat banyak wahana yang ditawarkan dan bisa dinikmati baik oleh
anak-anak maupun dewasa. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di sosmed Kampung
Coklat baik Instagram maupun facebook.
Pertama yang kami kunjungi adalah
stand foodcourt untuk makan soto dan dimsum pilihan kami. Kemudian kami
melanjutkan dengan wahana golf car yang tiketnya seharga Rp. 25.000,-/orang.
Golf car dikemudikan oleh petugas sekaligus sebagai tour guide. Sudah ada rute
sendiri untuk golf car, yaitu mulai dari memberi makan domba dan kambing, kebun
coklat dan anggur, pembibitan anggur hingga pabrik coklat. Dari perjalanan ini
dapat diketahui bahwa Kampung Coklat menggunakan sistem pertanian terpadu.
Kotoran kambing bisa menjadi pupuk organik, daun dan kulit buah kakao bisa
digunakan sebagai pakan ternak. Diantara pohon kakao dibuat kolam berisi ikan
nila. Dimana air kolam digunakan untuk menyiram pohon kakao, dan Ikan Nila
dijadikan kuliner olahan yang disajikan pada warung prasmanan. Pada visite
pabrik coklat, pengunjung bisa turun sementara dari golf car dan melihat proses
pembuatan coklat. Pada akhir kunjungan akan dipersilakan untuk mencicipi coklat
leleh yang diproduksi. Sendok yang digunakan adalah sekali pakai namun
pengunjung diperbolehkan mencicipi lebih dari satu kali, tentu saja dengan
mengganti sendok sekali pakainya.
Sekambalinya golf car parkir di
loket, saya dan Asllan tergoda untuk mencoba kursi pijat. Kami memilih kursi
pijat yang memijat mulai kaki, punggung hingga leher dengan tarif Rp.
25.000,-/orang dengan durasi 15 menit. Sementara itu Ayah menunggu di tepi lintasan
perahu ceria yang kebetulan berada di depan area kursi pijat.
Selesai dari kursi pijat, Asllan
berminat untuk naek perahu ceria. Perahu ceria adalah perahu mesin yang
mengelilingi sebuah hall dengan didampingi dua orang petugas sebagai operator
mesin perahu dengan tarif Rp. 10.000,-/orang. Tidak perlu effort lebih untuk
menikmati perahu ceria ini. Cukup duduk manis di atas perahu dan bisa menikmati
pemandangan keliling hall.
Kemudian untuk membandingkan, Asllan
mengajak naik perahu dayung. Kali ini tanpa operator, jadi murni penumpang yang
mendayung untuk menjalankan perahu. Tiketnya seharga Rp. 15.000,-/perahu (bisa
untuk 3 penumpang) dengan durasi 2x putara. Rutenya tidak terlalu jauh, namun
ternyata membutuhkan koordinasi dan perjuangan sehingga pendayung bisa seimbang
dan perahu bisa jalan tidak menabrak dinding. Kami bertiga bergantian
mendayung, meskipun awalnya perahu hanya berputar di tempat bahkan menjadi
berbalik arah, namun akhirnya bisa jalan juga.
Selanjutnya kami menuju kolam terapi
ikan, cukup membayar Rp. 5.000,-/orang bisa sepuasnya menikmati terapi ikan. Fasiliatas
yang diperoleh adalah bantal duduk untuk masing-masing pengunjung yang harus
dikembalikan apabila selesai digunakan.
Kemudian Asllan mengajak main golf
mini, dengan dua hole. Bisa dimainkan oleh anak-anak dan dewasa dengan durasi
10 menit. Satu lapangan mini golf bisa digunakan untuk 5 stick golf.
Untuk kenang-kenangan kami beli buah
coklat dengan harga Rp. 2.000,-/buah (ukuran kecil). Rasanya segar seperti
sirsak, karena ini merupakan buah asli yang belum diolah. Buah coklat bisa
dibeli di bagian nursery. Sedangkan souvenir dan aneka olahan coklat dapat
ditemui di pintu masuk dan ujung belakang samping perahu ceria.
Sebelum melanjutkan perjalanan, kami
menyempatkan sholat Dhuhur di masjid yang berada di dalam Kampung Coklat lebih
tepatnya berada di belakang mini golf. Masjid yang luas dengan terdapat halaman
teduh untuk bersantai dan menunggu antrian. Masjid ini juga digunakan untuk
Sholat Jumat, sehingga pengunjung tidak perlu khawatir kesulitan mendapatkan
masjid untuk Sholat Jumat.
Perjalanan selanjutnya adalah ke
Makam Bung Karno yang berada di Kota Blitar. Masih menggunakan armada yang sama
yaitu angling, Makam Bung Karno ditempuh dengan waktu kurang lebih 20 menit.
Sampai di makam Bung Karno sekitar pukul 13.30 WIB saat dimana matahari sangat
terik. Meskipun melewati museum dan juga perpustakaan, namun kami memilih
menuju makam terlebih dahulu. Dan kebetulan di sekitar pintu makam banyak
penjual Es Drop (Es legendaris dari Kota Blitar). Segera kami menyantapnya.
Cukup dengan harga Rp. 6.000,-/pcs, Es Drop bisa dinikmati. Rasa yang otentik
adalah kacang hijau, namun saat ini sudah banyak Es Drop dengan berbagai varian
rasa seperti coklat, durian, dan vanila.
Memasuki makam, pengunjung diminta
untuk mengisi buku tamu dengan menuliskan nama, daerah asal, dan jumlah
pengunjung serta membayar tiket masuk seharga Rp. 4.000,-/orang. Tiket tersebut
akan sedikit disobek oleh petugas pintu masuk makam. Di dalam komplek makam
terdapat mushola dan halaman dengan lantai konblok atau batu alam yang
mengelilingi pendapa Makam Bung Karno. Selain itu terdapat taman yang semakin
mempercantik area makam.
Pintu keluar makam berbeda dengan
pintu masuk. Untuk menuju pintu keluar, pengunjung diarahkan melewati “labirin”
oleh-oleh dan cindera mata. Pengunjung tidak perlu bingung memilih cindera
mata, mulai dari kerajinan, makanan khas, baju serta mainan anak-anak semua
tersedia di labirin oleh-oleh ini. Namun harus sabar, karena memang sangat
banyak kios yang harus dilewati di dalam labirin.
Tidak lengkap ketika berkunjung ke
Makam Bung Karno tapi melewatkan perpustakaan dan museum yang berada pada area
yang sama. Di museum tidak ada harga tiket masuk yang harus dibayar. Namun
pengunjung akan dimintai keteranga tentang asal daerah dan jumlah pengunjung
oleh petugas. Ruangan ini meyimpan beberapa koleksi barang Bung Karno namun
lebih dominan berupa foto tentang perjalanan hidup Bung Karno.
Perpustakaan terdiri dari 4 lantai
yang dilengkapi dengan lift. Sama seperti museum, tidak ada HTM yang harus
dibayarkan. Masing-masing lantai perpustakaan memiliki zona tersendiri. Mulai
dari anak-anak dan juga umum. Sedangkan lantai 4 merupakan zona khusus yang
dipersiapkan untuk barang koleksi Bung karno namun sayang belum dibuka untuk
umum.
Sepertinya kaki mulai protes dan
minta istirahat sore ini. Maka kami sepakat untuk kembali ke hotel dan
istirahat hingga tiba waktu makan malam. Masih diantar angling yang setia,
perjalanan menuju hotel hanya butuh waktu kurang lebih 7 menit saja.
Sampai di kamar hotel, kami langsung
istarahat demi mengumpulkan tenaga untuk berburu kuliner di Kota Blitar.
Selepas Sholat Maghrib, kami berniat mencari makan malam di sekitar Stadion
Soepriyadi yang terletak tidak jauh dari hotel. Kami memutuskan untuk berjalan
kaki menuju ke sana. Makan malam yang kami pilih ada di sebuah kios yang
menawarkan berbagai menu seperti soto daging, tahu bumbu, nasi tahu, tahu
lontong, kolak ketan, dan lupis. Asllan memilih soto daging, saya memilih tahu
bumbu dan ayahnya asllan memilih nasi tahu untuk menu makan malam.
Ternyata stadion dan juga warung
tersebut berada di depan Masjid Ar Rahman yang terkenal di Kota Blitar. Setelah
makan, kami menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Benar saja, baru
menginjakkan kaki di serambi masjid sudah terasa sangat nyaman. Dengan melepas
alas kaki yang wajib disimpan di loker yang telah disediakan, menjadikan
serambi masjid sebagai tempat yang selalu bersih dan suci. Masjid ini memiliki
design mirip dengan Masjid Nabawi. Koridor laki – laki berbeda dengan
perempuan, dan disediakan minuman berupa jahe, kopi dan air putih di
masing-masing koridor. Bagi yang tidak membawa mukena tidak perlu khawatir
karena sudah disediakan mukena yang terlipat rapi. Mukena ini adalah mukena
sekali pakai tiap pengunjung. Karena setiap selesai digunakan oleh seorang
pengunjung, mukena harus diletakkan dalam sebuah box yang nantinya akan dicuci.
Tempat untuk sholat merupakan sebuah ruangan yang ber-AC yang beralaskan karpet
tebal. Sungguh merupakan masjid yang sangat megah dan nyaman baik untuk
beribadah, berdiskusi, maupun hanya duduk beristirahat.
Setelah puas menikmati indahnya
Masjid Ar Rahman kami segera kembali ke hotel (masih tetap jalan kaki) dan
langsung istirahat untuk menyiapkan agenda besok hari.
Mbaaa seruuuu juga ini itinnyaa ❤️❤️❤️. Mulai dr awal berangkat, naik kereta ekonomi, bagus dan nyaman pula yaa ❤️❤️.
ReplyDeleteAku belum pernah ke kampung coklat, waktu ke Blitar cuma sempet ke makam bung karno. Krn memang pulang hari aja, trus balik solo.
Pengen sih ke Blitar lagi. Es krim yg dijual kliatan enak ih. Mirip es lilin ya mba.
Saluuut Ama mesjidnya, bisa nyediain mukena sekali pakai, trus langsung dicuci . Baru kali ini melihat yg begini. Biasanya malah banyak Nemu mukena yg udah bau apek kalo ke mesjid2 di luar. 😔