Saturday, 23 March 2024

Yakin Akan Pertolongan Tuhan

 

sumber foto : https://katadata.co.id/

Diakui atau tidak, sebagai manusia pasti mengalami sebuah perjalanan hidup yang tidak mudah. Cobaan hidup bagaikan sahabat karib yang sering menyapa. Berusaha sekuat tenaga untuk bisa menghadapi semua ujian hidup. Entah bagaimana caranya harus tetap semangat dan tidak boleh menyerah pada keadaan. Jika sudah seperti itu hanya doa yang bisa dipanjatkan kepada Sang Maha Segalanya.

Salah satu perjalanan hidup yang bisa saya ambil pelajaran dan  membuktikan bahwa pertolongan Allah itu nyata adalah tentang bagaimana saya mendapatkan rumah pribadi sebagai tempat tinggal bersama keluarga kecilku hingga saat ini.

Cerita ini berawal ketika saya bekerja di kota yang berbeda dari keluarga besar. Bahkan bisa dibilang beda propinsi. Selama empat tahun pertama, saya dan keluarga kecil tinggal di rumah kontrakan yang tidak jauh dari kantor. Dengan pertimbangan bisa menghemat ongkos transportasi.

Semakin lama mulai terbersit pemikiran kenapa tidak beli rumah yang nantinya bisa menjadi hak milik. Selama empat tahun tinggal di rumah kontrakan, saya sudah menghabiskan uang sejumlah kurang lebih 50 juta rupiah untuk membayar sewa. Apabila uang tersebut digunakan untuk DP tentunya saya sudah memiliki rumah pribadi bukan?

Pemikiran itu saya sampaikan kepada suami, Alhamdulillah suami sangat setuju dan mendukung. Kesepakatan yang kami buat saat itu adalah lokasi rumah yang dipilih ada di kota dimana saya ditempatkan bekerja saat ini.

Saya dan suami semakin intens untuk berdiskusi tentang konsep rumah yang kami inginkan. Rumah yang berada di tengah kota, dan mempunyai halaman yang luas. Kesepakatan tersebut karena sesuai dengan kondisi kami yang pecinta kucing dan tanaman. Tentu saja membutuhkan ruangan dan halaman yang luas untuk mendukung hoby kami. Kami juga memilih lokasi di tengah kota atau paling tidak berada dalam administrasi kota untuk memudahkan akses ke kantor, sekolah atau pendidikan, kesehatan dan kemudahan transportasi lainnya.

Tapi ternyata, uang yang kami miliki hanya 300 juta rupiah. Angka sebesar itu bukan berarti semuanya berupa uang cash, ya. Karena angka tersebut terdiri dari uang cash dan juga pinjaman bank. Dengan uang yang “hanya” sebesar itu, suami langsung pesimis bisa mendapatkan rumah di dalam kota. Suami sadar diri dengan harga rumah di tengah kota yang rasanya mustahil dapat terbeli dengan dana yang kami miliki. Suami membujuk saya agar bersedia mencari rumah di pinggiran alias di wilayah administrasi kabupaten. Tapi saya tetep kekeuh untuk mencari rumah di tengah kota, meskipun saya sadar diri tentang rumah yang kemungkinan saya dapatkan. Pasti tidak akan di pinggir jalan raya, dan berupa rumah tua. Meskipun saya yakin masih bisa mendapatkan rumah dengan halaman yang luas.

Seringkali saya dicemooh oleh teman, saudara dan lingkungan sekitar yang mengetahui tentang keinginan saya dalam memilih rumah dan keuangan yang saya miliki. Bahkan banyak yang mentertawakan dan akhirnya berhenti memberi informasi tentang rumah yang dijual. Salah satu sahabat saya menghadiahi peribahasa untuk saya “bagaikan mencari jarum dalam jerami”.

Tapi sekali lagi saya masih memiliki keyakinan yang kuat bisa mendapatkan rumah tengah kota dengan halaman yang luas. Tak henti-hentinya saya langitkan keinginan saya dalam setiap sujud setiap hari. Saya selalu mohon kepada Allah SWT untuk mengabulkan keinginan saya tersebut.

Hingga suatu hari, suami diberi informasi oleh seorang teman tentang rumah dijual di tengah kota. Dan saya langsung semangat untuk melihat rumah yang dimaksud. Rumah pertama yang dilihat, belum terlalu cocok di hati. Begitu juga rumah kedua dan ketiga tidak bisa merebut hati kami. Hingga kami putuskan untuk pulang dan berencana melanjutkan pencarian di keesokan harinya.

Namun, ketika melewati sebuah jalan, teman suami teringat bahwa di lokasi tersebut terdapat rumah milik saudaranya yang dijual. Karena rumah tersebut sejalan dengan perjalanan pulang, kami iseng-iseng melihatnya. Alhamdulillah rumah itulah yang bisa cocok dengan keinginan kami. Mempunyai halaman yang luas, dengan luas tanah kurang lebih 400 m2. Satu lagi yang sangat membuat kami bersyukur adalah harga rumah yang ditawarkan kurang dari dana yang kami miliki.

Alhamdulillah, rumah itulah yang akhirnya menjadi rumah kami hingga saat ini. Sesuai dengan keingan kami dan kami legowo dengan kondisi rumah tersebut. Merupakan rumah tua, dan masuk gang (tidak berada di pinggir jalan utama) tapi mobil masih bisa masuk.

Sekelumit perjalanan hidup ini membuat saya semakin yakin bahwa pertolongan Allah itu nyata. Bagi kita yang memiliki keyakinan, terus berusaha dan selalu melangitkan doa.

Jangan pernah menyerah, yaaa…..

No comments:

Post a Comment