Monday, 22 November 2021

Air Terjun Ngadiloyo, Sarangan, Magetan (7 November 2021)

 


Siapa sih yang gak kenal dengan Telaga Sarangan? Salah satu objek wisata legendaris di Kabupaten Magetan. Namun, tahukah kalian bahwa ada sebuah air terjun cantik yang bersembunyi dibalik ketenaran Telaga Sarangan? Namanya Air Terjun Ngadiloyo atau dikenal juga dengab Air Terjun Tirta Sari.

Loket dan gerbang masuk air terjun Ngadiloyo berada di belakang patung pesawat yang ada di sekitar Telaga Sarangan. Hanya dengan membayar Rp.7.000,-/orang kita bisa menikmati air terjun Ngadiloyo tentu saja dengan semua usaha yang harus dikerahkan. Harga tiket tersebut terdiri dari kawasan wisata air terjun seharga Rp. 5.000,-/org, jalan masuk air terjun dan jalan kawasan Ngluweng masing-masing sebesar Rp. 1.000,-/org. 


Dari gerbang loket, semua kendaraan baik roda dua maupun roda empat masih bisa masuk hingga kurang lebih sejauh 500 meter dengan jalan yang naik turun dan berkelok – kelok tajam. Setelah 500 meter, sampailah kita di lokasi penitipan kendaraan yang sudah disiapkan oleh warga setempat. Sepeda motor yang dititipkan dibandrol dengan harga Rp. 3.000,-.

Nah, selepas dari tempat penitipan kendaraan mulailah petualangan dimulai dengan berjalan kaki. Awalnya medan yang harus dilalui bisa dibilang mudah. Jalan setapak yang sudah kokoh, landai dan terdapat dua lokasi toilet dan musholla yang bisa digunakan untuk istirahat sejenak. Dengan berjalan santai dan bercerita ringan, kita bisa menikmati sejuknya udara dan lahan pertanian warga sekitar.

Hingga kurang lebih sekitar 500 meter berjalan, sampailah kita di Bendungan Ngluweng. Asllan mengira itu adalah lokasi air terjunnya. Namun, setelah bertanya kepada penduduk sekitar yang kebetulan berpapasan, dijelaskan bahwa lokasi air terjun masih sekitar 500 meter lagi dengan jalan yang sangat terjal. Mendengar penjelasan itu, kami langsung memberi semangat kepada Asllan untuk tetap melanjutkan perjalanan. 


Benar saja, selepas dari Bendungan Ngluweng, jalan yang harus dilalui sangat terjal. Kami tidak memaksakan diri untuk berjalan cepat. Kami justru bercanda dan main tebak – tebakan siapa yang akan tertinggal. Hehehehe… tentu saja saya yang tertinggal dibandingkan Asllan dan ayahnya.

Tapi eh tapi…. Baru 100 meter setelah tanjakan pertama, Asllan sudah minta istirahat. Sedangkan saya tetap berjalan pelan dan pasti hingga bisa mendahului Asllan dan ayahnya. Hehehehe… Bunda bisa mengalahkan mereka. Kejadian itu melejitkan semangat bagi Asllan karena dia tidak mau kalah dari bundanya.

Saya sampaikan padanya, bahwa jalan menanjak itu membutuhkan tenaga lebih, sehingga tidak perlu berlomba. Lebih baik jalan pelan sambil mengatur nafas agar tetap teratur dan tidak terengah-engah. Istirahat sesaat boleh saja, sambil menikmati pemandangan dan berfoto tentu saja. 

Dengan semua cerita perjalanan kami yang mana antara saya, Asllan dan ayahnya silih berganti istirahat demi mencapai air terjun, akhirnya sampailah kami di Air Terjun Ngadiloyo. Suhu yang dingin menjadikan air di air terjun ini semakin dingin. Setelah puas berfoto, kami mengisi perut untuk tenaga perjalanan pulang dengan sate ayam dan sate kelinci serta teh panas. 


Hemmmm, ternyata perjuangan untuk mencapai air terjun Ngadiloyo sungguh sebanding dengan keindahan yang dipancarkan dari Air terjun setinggi 50 meter ini. Menjadikannya salah satu sisi lain dari Telaga Sarangan yang patut dikunjungi.

No comments:

Post a Comment