Saturday, 23 January 2021

Menanamkan Rasa Syukur dan Empati Pada Anak

     Sebagai orangtua, pastinya kita menginginkan anak memiliki rasa peduli terhadap sekitarnya, bukan? Rasa peduli itu dapat diwujudkan dalam rasa syukur dan empati. Nah, postingan kali ini saya akan bercerita bagaimana cara menanamkan rasa tersebut pada diri Asllan.

    Asllan sekarang sudah umur delapan tahun, kelas 2 SD. Sudah saatnya dia memiliki rasa peduli terhadap sekitarnya. Secara, sekarang ini rasa peduli tersebut mulai luntur pada zaman yang serba digital. Hingga terbersit ide dari ayah untuk mengajak Asllan ikut dalam kegiatan amal.

    Kegiatan amal yang paling simpel adalah bersedekah ke panti asuhan. Sebenarnya kegiatan seperti ini gak asing untuk Asllan. Karena di masa toddler hingga TK B, kegiatan amal rutin dilakukan sebagai salah satu kegiatan sekolahnya Asllan. Nah, kali ini kami akan melakukan amal tapi secara pribadi alias keluarga saja.

    Panti asuhan yang kami pilih adalah Yayasan Bananul Amanah yang berlokasi di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun. Lokasi yang cukup terjangkau dari rumah kami. Apakah kami pernah berkunjung sebelumnya? Belum. Kami hanya bermodalkan googling panti asuhan atau SLB di Madiun.

    



Akhirnya tepat pada tanggal 1 Januari 2021 kami mengunjungi SLB Banjarsari Wetan, Yayasan Bananul Amanah. Yang pertama kami tuju adalah asramanya. Kebetulan pada saat kami ke sana, anak-anak penghuni asrama banyak yang sedang melakukan kegiatan di serambi. Sungguh trenyuh ketika kedatangan kami disambut mereka dengan semua “keistiewaan” yang dimilikinya.

    Asllan sempat terbengong melihat mereka. Namun saya menjelaskan bahwa mereka adalah teman-teman Asllan meski dengan kondisi “istimewa”. Asllan juga terlihat sedih, mendengar cerita salah satu pengasuhnya bahwa anak-anak tersebut banyak yang sudah yatim piatu. Asllan langsung memeluk saya, dan bilang “kita bantu mereka ya, bun”

    Dalam perjalanan pulang kami melewati bangunan sekolah, dimana mereka melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dan di ujung jalan itu terdapat workshop hasil karya mereka yang memiliki keistimewaan tuna rungu maupun tuna netra. Banyak sekali hasil karya yang dipamerkan. Mulai dari mukena, gamis, kain batik, masker, dan sebagainya.



    Hasil karya mereka selain dipasarkan di workshop tersebut juga dapat ditemui di mal pelayanan publik kabupaten madiun. Selain itu mereka memasarkannya lewat media sosial seperti Instagram dengan alamat batiksibaran.

    Melihat hasil karya mereka, Asllan terlihat bangga. Dia mengakui bahwa mereka hebat. Dengan semua keistimewaan yang dimiliki tapi bisa menghasilkan karya yang bermanfaat. Saya dan suami tersenyum simpul mendengar semua komentar asllan hari ini.

    Alhamdulillah, rasa syukur dan empati sepertinya sudah mulai tertanam di hati Asllan. Semoga akan terus berkembang sesuai dengan pertambahan usianya.

19 comments:

  1. waaa ada asrama SLB tah, keren banget nih.. bisa ditiru juga cara mbak buat menanamkan rasa syukur ke Asllan :)
    aku ikut senang ada SLB yang punya workshop buat memajang hasil karya mereka, jadi pengen liat karya2 mereka nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. pertama ke sana, terharu banget rasanya mbak....

      Delete
  2. Salah satu cara yang unik nih mengajarkan rasa syukur dan empati kepada si- kecil ya Bunda.Semoga rasa itu terus tertanam hingga anak besar dan dewasa kelak. Amin.
    Semiga

    ReplyDelete
  3. Dalam keterbatasan

    Selalu ada kelebihan, semoga karya-karyanya di minati banyak orang sehingga dapat menopang, kebutuhan hehe

    Semoga sikecil sehat selalu.

    ReplyDelete
  4. Tips yang bagus Mbak buat menumbuhkan empati pada anak kita...dimana di zaman sekarang sudah jarang terlihat di generasi kita hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, sebagai orang tua kita harus berfikir gimana caranya anak kita masih memiliki empati dan rasa syukur.

      Delete
  5. Patut dicontoh ini mba menanamkan empati dan syukur ke anak, biar anak lihat kehidupan anak lain yang berbeda kondisinya

    ReplyDelete
  6. Lanjutkan terus dede Asllan dan harus sesering mungkin juga ya didukung agar penanaman rasa empatinya terpupuk dengan baik 👍

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. Aku jadi ingat masa kecilku lo Mbak waktu baca kisah ini. Dulu almarhum Bapak beberapa kali mengajak ke panti asuhan atau yayasan anak cacat supaya anaknya paham arti empati. Walaupun aku suka gak tega lihat anak cacat yg ada di panti, tapi alhamdulillah, didikan itu terus membekas dan kuajarkan juga untuk anakku sekarang

    ReplyDelete
  9. Maa syaa Allaah ini adalah cara yang paling efektif dan cepat ya kalau kita memahamkan rasa empati dan syukur pada anak. Dengan mengajak mereka langsung terjun ke lapangan atau turun tangan.

    ReplyDelete
  10. Rasa empati dengan sesama memang perlu ditumbuhkan sejak dini. Supaya anak-anak bisa memahami kondisi yang ada disekitarnya. Saya baru sekali ajak anak ke panti waktu umur 4 tahun, mungkin belum terlalu paham ya, tapi alhamdulillah dia senang.

    ReplyDelete
  11. Rasa empati dan syukur ini emang penting banget ditanamkan sejak dini. Biar anak bisa lebih mengerti saat kita terangkan tentang suatu hal.

    ReplyDelete
  12. Inspirasi banget ini. Buat saya, langsung ke panti asuhan itu hal yang sangat besar untuk dilakukan. Tidak biasa dan begitu istimewa. Salut banget Aslan sudah biasa melakukannya. Karena tentu saja secara langsung dapat mengajarkan anak untuk berempati. Semoga suatu saat, saya bisa membiasakan satu hal ini.

    ReplyDelete
  13. Menginspirasi nih mba kegiatannya, anak jadi lebih peka dan lebih pandai bersyukur ya..masyaAllah

    ReplyDelete
  14. Masya Allah, selalu ada jalan terbuka dibalik setiap keterbatasan. Topik yang menarik nih mba, sekaligus membuka wawasan bagi para orang tua dalam mendidik buat hati. Noted, mbaakk

    ReplyDelete