Loreng ini kucing yang paling awet sejak kecil. Pertama
kali ditemukan ayah di Pasar Joyo Madiun pada tanggal 6 Oktober 2016. Pada saat
ditemukan, kondisinya nempel di selembar kertas karena pada perut hingga ke
alat kelaminnya terkena lem. Posisinya tengkurap dengan suara meongan yang
keras. Umurnya kurang lebih satu setengah bulan saat itu. Tanpa pikir panjang,
Ayah membawanya ke rumah.
Persoalan berikutnya adalah, bagaimana cara lem ini bisa
hilang dari bulu-bulunya? Langkah pertama adalah melepaskan kertas dari
tubuhnya. Dengan perlahan yang pastinya tetap sakit, akhirnya terlepaslah
kertas tersebut namun masih meninggalkan lem di tubuh mungilnya. Awalnya kami
coba menggunakan bensin, namun sepertinya kulitnya masih terlalu muda dan
panas. Sempat memerah ketika terkena bensin. Kami hentikan penggunaan bensin.
Ayah berfikir keras apalagi bahan yang bisa digunakan untuk menghilangkan lem
itu. Pilihan jatuh ke terigu, semua bagian yang terkena lem, diberi terigu oleh
Ayah. Dasar pertimbangan menggunakan terigu adalah ketika Loreng menjilati
bulunya, terigu relatif aman. Alhamdulillah upaya tersebut berhasil. Setelah
satu minggu semua lem telah hilang dari tubuhnya. Tinggal memandikan Loreng
agar terlihat cantik.
Setelah mandi, Loreng terlihat
lebih bersih dan makin cantik. Namun dia terlihat menjauh dan minder dari
kucing yang lain yaitu Blek, Crimy, Jenggo, Ganang, Slewah, dan Telon. Saat
yang lain berkumpul untuk bermain, Loreng hanya diam di pojokan tidak ikut
bermain. Entah karena masih adaptasi atau karena takut dengan jumlah tuan rumah
yang sangat banyak.
Yang jelas, kami tetap
merawatnya sama seperti yang lain. Tidak pernah kami membedakan sedikitpun.
Pada suatu hari saya menerima berita dari Ayah. Bahwa tidak sengaja Ayah
menginjak Loreng sampai dia muntah darah. Bahkan sampai keluar feces dari anusnya. Gerakannya pun sudah
di luar kontrol, karena Loreng bergerak mutar2 lalu terdiam di pojokan dengan
nafas yang tersengal-sengal. Ayah merasa bersalah dan pasrah tentang nasib
Loreng. Tiga hari dia hanya terdiam dan tidak mau makan sama sekali. Namun,
Alhamdulillah mulai hari keempat dia mau makan dan akhirnya sembuh normal
seperti sedia kala.
Hari terus berganti dan Loreng
semakin tumbuh besar. Ada salah satu kebiasaan yang dari semua kucing di rumah,
hanya Loreng yang berperilaku seperti ini. Loreng terbiasa cecep-cecep di
tangan atau kaki kami (saya, ayah dan Asllan). Cecep-cecep ini adalah Loreng
ngempeng sampai tangan dan kaki kami basah. Jika tangan/kaki kami tarik, dia
akan menahannya. Cecep-cecep itu dia lakukan setiap menjelang tidur. Dia akan
melepaskan tangan/kaki kami setelah basah dan dia terlelap.
Semakin besarnya Loreng,
terkadang Asllan memanggilnya dengan Toteng. Saya dan Ayah pun mempunyai
julukan Tante Toteng untuknya. Mengingat anak-anak Jenggo memanggilnya Tante
(kalau bisa ngomong, lho ya). Dan ternyata muka dari Toteng ini lucu sekali.
Bentuk wajahnya bulat, hidungnya tidak terlalu mancung, jadi mukanya tidak lancip.
Selain itu saat melihat dengan posisi mengantuk, dia akan melihat sambil
mengerjapkan matanya.
Kucing itu pasti mempunyai rasa
terima kasih yang akan disampaikan ke orang tertentu. Begitu juga dengan
Toteng. Dia sangat dekat dengan Ayah. Saat tidur, dia lebih sering nempel di
badan Ayah. Bahkan tas yang digunakan Ayah untuk pergi menjadi salah satu
barang favoritnya. Ketika tas Ayah sudah berada di rumah, Toteng akan mencari
kemudian menjadikannya alas tidur.
Dan kenapa Toteng bisa kami
panggil menjadi “Mbak Oteng” adalah ketika Hyu hadir di rumah. Karena memang
usia Hyu lebih muda daripada Toteng.
Sehat terus ya Mbak
Oteng...Ayah, Bunda dan Kak Asllan sayang ama Mbak Oteng.
No comments:
Post a Comment