Telon adalah anak Jenggo yang
berjenis kelamin betina selain Slewah.
Berbeda dengan Slewah, Telon ini calico tapi lebih dominan warna hitamnya. Dan
dari segi wajahnya bagi kami sekeluarga dia yang paling cantik.
Telon ini sepertinya anak bungsu.
Karena dia sering mendapat susu yang terakhir. Namun jangan salah, meski begitu
Telon ini yang paling lincah. Dan itu terlihat sejak kecil. Begitu dilatih
berjalan, Telon sudah berani jalan. Bersama Ganang, mereka belajar jalan. Meski
masih sering terjatuh, namun Telon semangat untuk berdiri lagi.
Telon yang paling rajin belajar
manjat daripada Saudaranya yang lain. Meski paling kecil badannya namun dia
sangat aktif dan berani untuk manjat. Ketika bermain kejar-kejaran, Telonlah
yang larinya paling kencang.
Untuk meraih suatu benda, bahkan
ketika bermain lompat-lompatan, Telonlah yang lompatannya paling tinggi. Bisa
dikatakan Telonlah kitten yang paling
lincah.
Saya sendiri sedikit heran dengan
Jenggo. Ketika Ganag minta menyusu, Jenggo dengan senang hati langsung
bersedia. Namun jika Telon yang minta menyusu Jenggo seperti males, dan harus
menunggu yang lain dulu baru Jenggo bersedia menyusu. Tak heran Telon memiliki
badan paling mungil semasa kecilnya.
Kami memperbaikinya ketika mereka
sudah mulai bisa makan sendiri. Ternyata Telon memiliki nafsu makan yang besar.
Makan yang kami berikan selalu habis dilahapnya. Perlahan tapi pasti badan
Telon sudah sama seperti saudaranya yang lain.
Perlakuan kami kepada Telon sama
seperti yang lain. Obat cacing dan juga mandi yang pertama kali sudah kami
lakukan. Pada saat dimandikan, semakin terlihat bahwa Telon adalah kucing yang
lincah dan kuat. Dia yang paling berontak dan paling kuat tenaganya untuk
melawan.
Tingkah polah Telon lainnya yang
tidak bisa dilupakan adalah posisi tidurnya yang kadang seperti Crimy. Suka
tengkurap dan meluruskan kaki belakangnya (selonjor). Sudah dua kali saya
melihatnya dan itu adalah pose favorit saya.
Sebenarnya ketika Ganang mulai sakit, Telon belum
menunjukkan perubahan apapun. Namun setelah kematian Ganang, Telon mulai lemas
dan menurun nafsu makannya. Bersama Slewah, kami bawa Telon ke dokter hewan dan
kami pisahkan dengan yang lain.
Pada saat kematian Slewah, Telon terlihat meletakkan
kepalanya di atas bangkai Slewah. Sungguh iba melihatnya. Mungkin dia sedih
karena melihat Saudaranya menghembuskan nafas terakhirnya. Saya dan suami
sebenarnya tidak terlalu yakin Telon bisa kuat. Karena Jenggo sebagai induknya
tidak merasa kehilangan. Baik Ganang maupun Slewah tidak ada yang dicarinya.
Sebenarnya saja agak curiga kenapa Jenggo tidak mencari anak-anaknya. Banyak
yang memberi tahu kami ketika induk hewan sudah tidak mencarinya bisa jadi
sudah mempunyai insting bahwa anak-anaknya tidak akan selamat.
Namun perkembangan Telon membaik
menurut saya. Dia masih bisa makan meskipun harus disuapin dengan spuit. Dia
masih bisa minum sendiri, buang air kecil dan besar masih bisa tertib di litter box-nya.
Responnya juga masih bagus,
ketika suami ataupun saya membuka pintu, dia sudah bisa menegakkan kepalanya.
Hanya saja suaranya menghilang dan selaput putih di matanya terlihat sekali.
Kasihan melihatnya, namun kami bersabar karena jika Telon bisa melewati masa
kritisnya, InsyaAllah dia akan sembuh.
Hingga di hari Selasa, 24 Januari
2017 suami memberi kabar bahwa ada bekas darah kering di hidung Telon. Bisa
diambil dan setelahnya Telon terlihat bisa bernafas lebih lega bahkan bisa
minum sendiri dengan volume yang lebih banyak.
Namun hal itu terulang lagi di
hari Rabu, 25 Januari 2017 malam. Suami saya kembali menemukan darah kering di
hidung Telon. Dan setelah itu kondisi Telon terus menurun. Bahkan untuk menelan
makanannya dia sudah terlihat kesusahan.
Hari kamis, 26 Januari 2017 Telon
tidak bisa menelan, dan kondisinya semakin lemah. Respon ketika suami masuk
kamar untuk memberi makan sudah tidak ada. Kepalanya sudah mulai bersandar di
lantai tidak lagi tegak seperti biasa.
Jumat, 27 Januari 2017 langsung
dibawa ke dokter hewan dan kami minta agar Telon diinfus agar tidak lemas.
Karena ini sudah hari ke-8 sejak kematian Slewah, saya berharap Telon bisa
survive karena akan melewati masa kritisnya.
Hari Jumat pulalah saya
perjalanan pulang ke Madiun seperti biasa. Saya berangan-angan akan menjenguk
Telon di dokter hewan begitu sampai Madiun. Saya ingin memberikan semangat
kepada Telon untuk bisa sembuh sebagai generasi Jenggo.
Namun sayangnya, pada pukul 16.57 WIB saya mendapat
sebuah sms dari klinik dimana Telon opname. Saat itu saya masih sampai di
Kertosono, tinggal 1 jam sebelum saya sampai di Madiun. Dan sms itu mengabarkan
bahwa Telon tidak bisa bertahan.
Telon...
Tingkah
polahmu membuat kami tertawa
Ketika kamu
dikalahkan oleh saudarmu
Tapi lari dan
lompatanmu adalah juaranya
Kini kamu
telah pergi
Selamat jalan
Telon
Maafkan ayah,
bunda dan kak Asllan ya
We luv u
Telon...
No comments:
Post a Comment