Wednesday, 11 January 2017

Saat Kehilanganmu (Blek)

Yang namanya kehilangan itu pasti rasanya sedih. Sesak di dada, air mata terus menetes tiap saat. Itu juga yang saya alami saat ini. Memang dia hanya sebentar saja menemani kami. Hanya lima bulan usianya.
Awal pertemuan dengannya dimulai pada tanggal 4 Agustus 2016 silam. Ketika datang di kantor, saya mendengar tangisannya. Setelah dicari ternyata dia bersembungi di bawah tangga di Timur ruang sarpra. Dia sangat takut dengan orang yang berlalu lalang. Dia menangis mencari induknya.
Bulunya bagus, perutnya gembul. Dengan perlahan coba saya pegang dan kemudian saya ambil. Awalnya dia berontak, namun setelah mendapat elusan kasih sayang dia mulai menikmatinya. Dia mulai diam dan sedikit mengantuk sepertinya hingga akhirnya dia tertidur.
Singkat kata, akhirnya dia dan satu lagi saudaranya saya adopsi. Mereka saya beri nama Blek dan Crimy. Saya bawa dia dari kantor Malang menuju rumah di Madiun. Kebetulan ada teman yang pulang ke Madiun bawa mobil.
Karena saya mengadopsi mereka hanya berdua tanpa induknya, konsekuensinya adalah harus memberi minum susu. Umur mereka sekitar satu bulan saat itu. Dan ternyata mereka belum bisa minum langsung dari  mangkok. Akhirnya mereka minum susu dari dot.
Blek bisa minum lebih mahir daripada Crimy.  Kalau crimy minum, masih banyak susu yang tumpah. Tapi volume minumnya memang lebih banyak Crimy. Jadi yang pertama minum pakai dot adalah Blek, dan dilanjutkan Crimy setelah Blek kenyang.
Semakin hari mereka semakin sehat. Perut juga semakin gembul. Tingkah polah mereka sungguh menghibur kami sekeluarga. Blek mempunyai naluri alami yang lebih bagus daripada Crimy. Crimy lebih penakut, selalu mencari Blek kalau sedikit saja Blek tidak terlihat di dekatnya.
Setelah satu bulan berada di rumah mulailah mereka mandi. Blek dan Crimy jadi semakin ganteng setelah mandi. Siapa yang tidak gemas melihat kegantengan mereka. Banyak orang bilang Crimy itu jantan tapi cantik, sedangkan Blek sangat bagus corak bulunya.
Umur tiga bulan, saatnya mereka vaksin setelah minum obat cacing sebelumnya. Namun dari hasil pantauan BAB, Blek agak sedikit lembek. Jadilah Crimy terlebih dahulu yang mendapatkan vaksin pertama.
Dasar Crimy yang lebih manja, dia berontak ketika jarum suntik masuk tubuhnya. Begitu sampai di rumahpun dia cenderung lebih diam. Dan Crimy selalu mendekati Blek. Seakan tahu bahwa adikny habis vaksin, Blek setia menemani Crimy. Blek berbaring di samping Crimy dan tidak mengajak mainan.
Dua minggu kemudian Blek divaksin. Vaksin yang sama seperti Crimy. Sangat beda sekali dengan Crimy. Blek tidak berontak sama sekali ketika jarum suntik masuk tubuhnya. Bahkan ketika sampai di rumahpun Blek seperti biasa. Langsung mainan dengan lincah serta makan dengan lahapnya.
Ketika tidur, Blek sering mencari bantal. Entah berupa kaki suami, kaki saya bahkan bantal sesungguhnya. Begitu kepalanya mendapat bantal untuk sandaran maka tertidurlah dia.
Ketika melihat cicak dan akan mengejar, Blek mengeluarkan suara ckckckckck sambil mengendap-endap. Blek lebih rajin berburu cicak daripada Crimy. Meskipun hasil buruannya itu hanya untuk mainan saja (tidak dimakan)
Awal November 2016, Blek mulai suka sekali naik di motor suami. Sepertinya dia sedang mengeksplorasi benda yang disebut motor. Blek naik dari roda depan, kemudian langsung bermain di spion, setang, dan spedometer. Hanya untuk bermain saja bukan untuk tempat tidur.
Mulai pertengahan November 2016, saya merasakan Blek tidak seperti biasa. Dia tidak terlalu semangat ketika diajak bermain Crimy. Bahkan ketika saya beri makan dia menyambut dengan langkah gontainya. Bukan dengan lari yang penuh semangat. Selesai makan Blek juga lebih sering untuk duduk di bawah meja. “Hey, Ada apa denganmu Blek?”
Awal Desember 2016, adalah jadwal vaksin kedua untuk Blek. Namun saya melihat perut Blek membesar yang tidak wajar. Hanya bagian perut saja yang membesar. Saya bawa Blek ke dokter hewan di dekat rumah. Saya ceritakan bahwa sebenarnya jadwal vaksin kedua namun perut Blek terlihat membesar.
Saya sempat googling dulu sebelum membawanya ke dokter. Sebagian besar artikel yang saya baca menyebutkan bahwa ciri-ciri seperti Blek adalah penyakit FIP basah. Dan sayang sekali semuanya berujung pada kematian karena belum ada vaksin pencegahnya di Indonesia.
Sungguh, seperti petir di siang bolong! Dokter mendiagnosa Blek terkena FIP basah. Harus dipisahkan dari kucing yang lain karena bisa menular. Lemas rasa kaki saya ketika itu. Bagaimana mungkin Blek bisa terkena virus  mematikan itu?!
Blek saya bawa pulang dan tidak bisa divaksin. Dokter memberikan lima macam obat untuk Blek pada tanggal 10 Desember 2016. Ada obat untuk pengeluaran cairan, vitamin, antibiotik, pencernaan dan juga obat untuk demam. Semua obat diminumkan dua kali sehari.
Blek saya tempatkan di salah satu ruangan kosong di rumah. Bak pasir, makan dan minum saya sediakan di sana karena tidak boleh bercampur dengan kucing yang lain. Sedih dan kasihan melihat Blek harus sendirian di ruangan tersebut. Crimy juga merasa kehilangan Blek. Terlihat Crimy mencari Blek untuk bermain.
Lima hari setelahnya adalah saatnya Blek untuk kontrol. Suami saya membawa Blek ke dokter yang sama. Ada perkembangan baik meskipun sedikit. Karena cairan di perut Blek masih ada belum habis seluruhnya. Obat yang diberikan pada tanggal 15 Desember 2016 adalah obat pengeluaran cairan, vitamin dan penguat jantung.
Perlakuan kepada Blek masih sama, harus dipisahkan dari kucing lain. Tiap pulang ke Madiun saya sempatkan untuk bicara dengan Blek bahwa dia harus kuat. Meskipun data berbicara bahwa terkena FIP basah itu hanya bisa memperpanjang umur maksimal 1 tahun. Tapi saya ingin Blek berbeda. Saya ingin Blek bisa sembuh.
Liburan akhir tahun saya dan keluarga akan berkunjung ke Jogja. Dengan kondisi Blek yang seperti itu kami putuskan untuk menitipkan Blek di dokter hewan langganan. Lagipula obat Blek juga habis. Sekalian kontrol dan mendapat obat yang baru.
Malam sebelum kami berangkat ke Jogja, ketika saya membuka ruangan Blek, dia lari-lari kecil menghampiri saya. Blek menatap saya penuh semangat. Sungguh senang saya menemuinya. Saya berfikir Blek akan sembuh karena dia bersemangat. Saya sampaikan pada Blek bahwa saya akan menitipkannya karena saya akan ke Jogja. Dan saya akan menemuinya ketika sudah kembali di Madiun.
Tanggal 31 Desember 2016 saya sudah sampai di Madiun, saat itu juga saya ambil Blek untuk pulang ke rumah. Begitu mendengar suara saya, Blek langsung berdiri dan menyodorkan kepalanya untuk minta dielus manja. Saya usap dan saya belai kepala Blek, dan dia terlihat menikmatinya.
Menurut asisten dokter yang menanganinya, kondisi Blek sudah membaik. Cairan di perutnya sudah berkurang banyak. Maemnya banyak tapi harus makanan basah dan harus disuapin menggunakan spuit. Hemm, agak aneh juga saya mendengarnya. Memang ketika dititipkan nafsu makan Blek mulai berkurang. Sering makanan yang saya berikan tidak dihabiskannya. Tapi kenapa sekarang beralih ke makanan basah dan harus disuapin pula?! Blek saya bawa pulang dengan ‘dibekali’ dua macam obat yaitu vitamin dan pengeluaran cairan.
Keesokan harinya saya menemui Blek, namun dia hanya terdiam di rumah kardusnya. Tidak mengeong juga tidak mendekati saya. Saya angkat Blek namun kondisinya sangat lemas sekali. Saya beri dia makanan basah, dan dia masih mau menelannya.
Sore harinya Blek diajak keluar oleh suami saya. Blek diajak bermain di teras depan rumah. Meski terlihat senang namun Blek sangat lemah. Dia hanya duduk di teras, dan sesekali berjalan ke arah rumput. Blek lebih sering untuk duduk.
Keesokan paginya kondisi Blek lebih lemas lagi. Ketika berjalan mendekati saya kaki belakangnya mulai terseok-seok. Bulu cantiknya juga mulai berdiri. Terlihat sangat kurus namun perutnya terus membesar. Saya semakin sedih melihatnya.
Ketika suami masuk untuk memberinya obat dan melihat kondisi Blek yang seperti itu, suami bilang sudah mengikhlaskan Blek. Tidak! Saya akan terus berusaha demi kesembuhan Blek. Saya putuskan untuk membawa Blek ke dokter yang lain dan minta agar Blek diinfus.
Tanggal 2 Januari 2017 malam, saya menemui Blek. Entah kenapa saya sangat sedih melihatnya. Dia berjalan sempoyongan dan menyundul-nyundul kaki saya minta dibelai. Tak kuasa saya menahan air mata ini. Sambil nangis saya belai Blek dan mengajak dia berbicara. Saya kuatkan Blek, saya sampaikan bahwa dia harus kuat, dan dia harus sembuh.
Mungkin Blek terlalu capek, sehingga dia mulai merebahkan kepalanya di kaki saya, dia mencari bantal seperti biasa. Saya angkat Blek dan saya pangku dia sambil saya pamit akan berangkat kerja di Malang malam nanti. Namun saya ingin Blek berjanji bahwa ketika saya pulang Madiun di akhir minggu, saya masih bisa menemuinya. Seperti biasa, Blek menatap saya. Namun kali ini dia menatap saya tidak terlalu lama. Air mata saya berjatuhan mengenai bulu yang masih terlihat cantik bagi saya. Dia lantas memalingkan kepalanya dari saya.
Tanggal 3 Januari 2017 suami membawa Blek ke dokter yang lain. Begitu datang, Blek langsung diinfus agar tidak lemas. Kami pasrahkan perawatan Blek ke dokter tersebut sambil terus berharap dan berdoa agar Blek bisa segera pulih.
Saya tak tinggal diam. Saya bertanya kepada teman semasa SMA yang sekarang berprofesi sebagai dokter hewan. Saya juga bertanya kepada dokter hewan yang melayani konsultasi secara online. Namun jawaban mereka sama bahwa yang bisa menyembuhkan FIP basah adalah sebuah keajaiban. Apalagi saya juga menyampaikan kondisi Blek saat ini.
Tanggal 4 Januari 2017, sudah tidak sabar saya menanti datangnya Hari Jumat untuk bisa segera bertemu dan mengetahui kondisi Blek. Ketika akan tidur, terdengarlah nada dering SMS dari HP. Begitu saya buka, langsung air mata ini tumpah tak tertahankan.
SMS dari dokter dimana Blek opname yang mengabarkan bahwa kondisi Blek kritis. Suhu tubuh menurun, nafas mulai cepat dan terdengar bungi grok-grok. Saya mohon agar dokter tersebut mengusahakan untuk kesembuhan Blek. Jika memang harus operasi untuk pengambilan cairan di perut Blek, saya siap. Namun menurut dokter hal itu bisa membahayakan Blek mengingat kondisi Blek seperti ini.
Bangun pagi harinya saya merasa takut untuk membuka HP. Alhamdulillah tidak ada kabar lagi dari dokternya Blek. Saya pun berangkat ke kantor dengan tenang dan optimis bisa berjumpa Blek besok sore.
Saya memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kondisi Blek saat ini. Dokternya Blek mengirimkan satu foto dan satu video Blek. Dalam video tersebut saya lihat Blek masih bernafas meski tersengal-sengal. Namun saya lihat mata dan tatapan Blek sudah kosong. Namun saya selalu bilang dalam hati ‘ayo Blek, semangat!. Besok sore bisa ketemu Bunda lagi’.
Saya putuskan untuk membawa Blek pulang, karena saya fikir saat ini Blek lebih membutuhkan kasih sayang keluarga. Suami saya bersedia membawa pulang Blek pada pukul 09.00 WIB. Suami juga ingin menemani Blek di akhir waktunya. “Jika Blek harus mati biarlah dia mati di rumah” kata suami.
Gelisah saya menunggu kabar dari suami. Pukul 09.15, notifikasi whatsapp berbunyi. Dan itu whatsapp dari suami. Dengan gemetar saya membaca pesan dari suami yang menagbarkan bahwa Blek sudah meninggal.
Innalillahi wa inna illaihi roji’un....”Blekkkkkkkkkk kenapa kamu tidak menunggu Bunda datang? Kita sudah berjanji kan berjumpa besok sore”. Air mata langsung tumpah dengan derasnya. Sungguh sedih, dan hancur rasa hati ini!. Sakiiittt sekali mendengar kabar itu! Kenapa Blek tidak bisa menunggu kedatangan saya?
Yang lebih menyedihkan lagi adalah Blek tidak boleh dikubur di rumah karena masih ada Crimy. Dikhawatirkan pada proses pembusukan, virus Blek masih bisa ditularkan. Jadilah Blek dikubur di samping Sungai Bengawan Madiun. Tempat di mana Asllan sering melihat truk angkut pasir. Diharapkan ketika Asllan mengajak lihat truk angkut pasir, kami juga bisa menjenguk kuburannya Blek.
Ketika saya sampai Madiun, saya minta suami dan Asllan untuk mengantar saya ke kuburannya Blek. Dan tak kuasa saya tahan air mata ini. Tak tega rasanya mengingat Blek ada di dalam gundukan tanah itu. Tapi sekarang Blek sudah tidak sakit lagi. Dia sudah bermain-main di alam sana.
Ya, Blek meninggal tepat pada tanggal 5 Januari 2017. Tepat lima bulan sudah Blek menemani kami sekeluarga (5 Agustus 2016 – 5 Januari 2017).

Blek, kamu tahu kan kalau kami semua menyanyangimu?
Maafkan kami jika ada salah
Kami akan menjaga Crimy adikmu dengan sebaik-baiknya.
Selamat jalan Blek...

We Luv u Blek...


No comments:

Post a Comment