Monday, 19 January 2015

Kehadiran Ayah Membentuk Kepribadian Anak

saya tulis kembali (Sumber : Kedaulatan Rakyat, 18 Januari 2015, halaman 6, Ati/Aje/Ria)

‘Ayah yang ikut membantu ibu mengasuh, menjaga dan membesarkan anak, terbukti memiliki pengaruh kuat atas prestasi sekolah anak. Ternyata kehadiran ayah, menentukan pula perkembangan kepribadian dan watak anak. Khususnya dalam lingkungan social’
Hal ini dikatakan Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si, psikolog senior yang juga staf Pengajar Bagian Psikologi Perkembangan pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mayke juga dikenal memiliki keahlian khusus sebagai play therapist untuk anak.
“emosi bayi yang dekat dengan ayah, cenderung stabil. Bahkan, malah lebih percaya diri saat bayi itu tumbuh dewasa. Anak yang dekat dengan ayahnya, juga menjadi lebih bersemangat mengeksplorasi potensi dirinya di dalam merealisasikan ide maupun impian mereka”, kata Mayke.
Hal ini terlihat pula dalam lingkungan pergaulan, anak yang dekat dengan ayah cenderung lebih mudah bersosialisasi dan punya banyak teman, karena dia dianggap menyenangkan.
Kedekatan dengan ayah, memang terbukti bisa mendongkrak kecerdasan dan kesuksesan anak pada masa depan.
Berdasarkan pengamatannya, pada usia sekolah, pelajar yang ayahnya terlibat dalam pengasuhannya, memiliki prestasi yang lebih baik dan juga kepercayaan yang lebih tinggi.
Selama ini, ayah dan ibu memiliki perannya masing – masing dalam perkembangan anak – anaknya. “ seorang ayah cenderung lebih menyemangati dalam berkompetisi, kemandirian, dan prestasi. Sedangkan ibu lebih cenderung pada keadilan, kerja sama, dan keamanan.
Seorang ayah cenderung lebih dapat menjadi teman bermain bagi anak – anaknya daripada ibu. Dari interaksi ini anak akan belajar banyak dari ayah mereka.
Penelitian membuktikan bahwa keterlibatan ayah dalam kehidupan perkembangan anak laki – laki menghasilkan kesuksesan dalam persahabatan dan prestasi akademis anak.
Sedangkan bagi anak perempuan, membuat anak cenderung tidak longgar dalam aktivitas seksual dan lebih bisa membangun hubungan yang sehat ketika dewasa.
Perbedaan cara pengasuhan ayah dan ibu saat kecil, juga menimbulkan efek yang berbeda pada anak – anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
“anak di usia lima bulan yang memiliki hubungan positif dengan ayah, membuat ia lebih nyaman dan lebih sedikit menangis ketika berada di antara orang dewasa yang asing baginya, dibanding anak yang tidak memiliki hubungan positif dengan sang ayah”, kata Mayke.
Gaya pengasuhan ayah yang cenderung lebih pada permainan fisik, seperti mengayun – ayun, mengangkat dan menggelitik, menghasilkan roller coaster emosi yang menolong anak mempelajari emosi – emosi takut dan senang serta memperhatikan reaksi sang ayah ketika mengungkapkan perasaanya melalui jeritan dan tawanya.
Anak juga belajar, bagaimana menenangkan kembali emosinya di saat permainan tersebut selesai. Selain itu juga terungkap, anak – anak yang memiliki hubungan positif dan menyenangkan dengan sang ayah, cenderung lebih popular dibandingkan anak – anak yang tidak memiliki hubungan tersebut.
Ayah bisa juga menjadi teman, misalnya mengajak anak menyenangi membaca buku dengan menciptakan ritual membaca yang menyenangkan. Ikuti selera anak saat membeli buku atau terlibat dalam aktivitasnya, seperti berenang, mengunjungi kebun binatang atau bermain bersama.
Begitulah ayah, kehadirannya ikut membentuk kepribadian anak, melalui perannya maupun aktivitasnya yang sangat berkesan di hati anaknya.


No comments:

Post a Comment